[Jakarta – alumnisma70.com]: Innalillahi wainnailaihi raaji’uun… Almamater SMA 70 Bulungan kembali berduka. Kali ini, kita kehilangan sosok Wakil Kepala Sekolah yang bijak dan penyabar, H. Yaya Supriyadi bin H. Abdul Qodir Jaelani, di usia 64 tahun.
Ustadz Yaya yang juga sempat mengajar mata pelajaran Agama Islam pada kurun 1990 hingga 2016, wafat pada 16 Desember 2020, pkl. 00:00 WIB di RS. Sulianti Saroso, Bintaro, Jakarta Selatan. Jenazah langsung dimakamkan dengan tata cara protocol Covid-19 di hari yang sama pada pkl 13:00 WIB di Pemakaman Khusus Covid di kawasan Pasir Putih, Depok.

Menurut istri almarhum, Hj. Teten Sukmawati (58 tahun), memang sejak masuk rumah sakit, kondisi almarhum sempat drop. Tetapi setelah dilakukan tindakan medis, kondisinya berangsur membaik. Dan sudah dua kali dinyatakan hasil test SWAB-nya negatif.
“Namun karena kekebalan tubuh almarhum yang diserang, membuat organ tubuh yang lain ikut memburuk. Karenanya, sejak 18 November 2020, pkl 22:00 WIB, almarhum harus masuk keruang ICU hingga akhir hayat.” lanjut Hj. Teten, yang telah mendampingi hidup H. Yaya selama 32 tahun pernikahan.
Ustadz Yahya yang lahir 14 Maret 1956, meninggalkan seorang istri dan dua orang anak, Dada (31 tahun) dan Pasca (28 tahun). “Saya berjodoh dengan bapak karena pernah sama-sama tinggal di Komplek BPK, Kampung Gandul, Jakarta Selatan. Dahulu Bapak adalah guru ngaji saya,” ungkap Hj. Teten eksklusif kepada alumnisma70.com
Almarhum yang tak sempat meninggalkan pesan terakhir kepada keluarga sebelum menghembuskan nafas terakhir, adalah sosok ayah yang baik, bijaksana, taat beribadah, dan figur yang menjadi panutan buat keluarga besar. “Di lingkungan rumah, bapak mendapat sebutan Ustadz Yaya. Karena almarhum sering mengisi ceramah di pengajian akhir pekan, dan selalu aktif di masjid dekat rumah,” tambahnya.
Hingga sebelum wabah Covid-19, menurut Hj. Teten, almarhum meski telah pensiun mengajar di SMA 70, tetapi masih aktif mengisi khutbah Jum’at di Masjid 70. “Karena bapak juga aktif dalam organisasi Lembaga Lanjut Usia,” ungapnya lagi.
Mantan murid beliau, Nurul Mukmin 70_05, membenarkan tentang sosok almarhum sebagai guru yang sangat baik hati, sabar, murah senyum, dan tak pernah marah selama mengajar.
“Penyampaian materi pelajaran di kelas juga bagus. Pokoknya khoir, khoir, khoir. Beliau orang yg baik. Mudah-mudahan Allah ta’ala menerima amal sholeh beliau dan mengampuni dosa-dosa beliau. Aamiin,” tambah Mukmin kepada alumnisma70.com.
Kebaikan almarhum semasa hidup, juga terbukti dari kepedulian rekan sejawatnya sesama guru di SMA 70 dan mantan murid almarhum dari berbagai angkatan. “Pak Safari, Pak Akhid, dan beberapa guru lain, sempat menemani saat almarhum mulai masuk rumah sakit sampai ke pemakaman. Bahkan minggu sebelumnya diadakan pengajian via zoom untuk mendoakan bapak,” papar Hj. Teten.

Menutup pembicaraan kepada alumnisma70.com, istri almarum ini, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua almamater SMA 70 yang telah memberi perhatian selama almarhum dirawat hingga dikebumikan.
“Terima kasih atas dukungan, bantuan, doa, dan perhatian yang tidak henti-henti datang kepada kami sekeluarga. Dari seluruh murid dan alumni, serta jajaran staf dan guru SMA 70, baik yang masih aktif ataupun sudah pensiun. Saya tidak dapat membalas satu per satu, semoga semuanya mendapatkan kebaikan dari Allah SWT,” ujar Hj. Teten.
Bagi rekan-rekan alumni SMA 70 yang masih ingin memberi uang duka kepada keluarga almarhum, dapat mentransfer ke rekening Bank BRI No. (002) 0922-01-004690-53-2 an Teten Sukmawati (konfirmasi: 0815-1450-1882).
***
Reporter Nay 70_05 | Editor Gusjaw Soelarto 70_87