Yoko Ono, Sempat Dituding Sebagai “Biang Keladi”-nya
Oleh Gusjaw Soelarto | Pemred alumnisma70.com
[Jakarta – alumnisma70.com]: Hari ini, 50 tahun silam, tepatnya 31 Desember 1970, adalah hari bersejarah sekaligus “hari berkabung dunia” bagi Beatlesmania, atas bubarnya grup legendaris kesayangan mereka: The Beatles.

Momen tersebut pun, sempat membuat tersebar kembali sebuah pesan Whatsapp (WA), yang memuat image hitam-putih Kalender The Beatles 1964. Uniknya, kalender bergambar personil lengkap The Beatles ini, penanggalannya sama persis dengan kalender pada tahun 2020 . Kalender aslinya, pernah dicetak dan diisebar ke publik pada 1964, saat mereka baru mengeluarkan album perdananya.
Pada 56 tahun yang lampau tersebut, para anggota The Beatles, juga mulai berakting dalam film bertajuk A Hard Day’s Night, yang dirilis di London dan New York pada Juli- Agustus 1964. Film dokumenter hitam-putih yang diproduksi mulai Maret hingga April 1964, cukup sukses digarap sutradara Richard Lester dan diproduksi United Artist Records.

Bertepatan juga pada 10 Januari 1964, label musik Amerika Serikat, Vee-Jay menetapkan untuk merilis sekaligus memperkenalkan The Beatles pada publik Negeri Paman Sam.
The Beatles termasuk grup musik rock asli Inggris yang relatif perjalanannya tak bertahan lama, lantaran hanya berusia 10 tahun! Dibentuk pertama kali 1960 di Liverpool, dan dikenal sebagai pemusik tersukses secara komersial dan paling banyak mendapat pujian publik di sejumlah program musik di radio-radio terkenal Inggeris dan Amerika.
Kelompok ini terdiri dari John Lennon (rithm & vokal), Paul McCartney (bass & vokal), George Harrison (lead gitar & vokal), Ringo Star (drum & vokal).

Meski berusia relatif “muda”, namun nama besar The Beatles tergolong sangat fenomenal pada zamannya, hingga awal abad 21 sekarang ini. Berkat kekuatan penciptaannya, yang bermula dari aliran skiffle dan rock & roll 1950-an.
Kelompok ini pun, memainkan musik dalam berbagai genre. Mulai dari folk rock sampai rock psikedelik, dengan memasukkan juga unsur musik klasik dan elemen lain dengan cara inovatif. Yang membuat The Beatles dipandang sebagai perwujudan ide-ide progresif, dan berpengaruh terhadap revolusi sosial budaya pada dekade 60-an.
Misteri Bubarnya The Beatles
Sejatinya, kabar tentang bubarnya The Beatles masih “misterius”. Pasalnya, masih membutuhkan penjelasan dan klarifikasi puluhan tahun hingga saat ini. Terakhir, lewat sebuah wawancara dengan Paul McCartney pada 2016.
Meski, Yoko Ono, mantan istri John Lennon, pernah berbicara pada 1987 dalam sebuah wawancara tentang penyebab bubarnya band mendiang suaminya itu.

Dalam sebuah interview dengan salah satu tokoh besar industri musik Joe Smith, Yoko Ono menyebut pecahnya The Beatles diibaratkan sebagai sebuah “perceraian”. Bahkan nama Yoko Ono pernah disebut-sebut sebagai “biang keladinya”.
Meski Yoko Ono, menyebut suaminya “merasa baik-baik saja” dengan “perpecahan” itu, namun dia mengakui ada “ketegangan” dalam band legendaris asal Liverpool yang dinyatakan resmi bubar pada 31 Desember 1970.
Perempuan berdarah Jepang itu, dalam wawancara khusus tersebut mengungkap, perpecahan itu justru membuat anggota The Beatles “jadi sangat bebas”. “Tiap orang jadi sangat bebas. Sebab, John sebenarnya bukan orang pertama yang mau meninggalkan The Beatles,” katanya seperti dikutip Huffington Post.

Yang dimaksud Yoko Ono, dengan beberapa personil yang ingin lebih dahulu keluar dari The Beates, adalah Ringo Star sang drummer, lalu Geroge Harrison, dan kemudian terakhir Jhon Lenon.
“Paul McCartney satu-satunya yang ingin mempertahankan The Beatles. Tetapi tiga personil lainnya, malah menganggap The Beatles, sebagai band pribadinya Paul,” kata Yoko Ono, serya menambahkan, “mereka jadi seperti band-nya Paul, dan mereka tidak suka.”
Yoko Ono juga mengungkapkan, bahwa perpecahan The Beatles justru menimbulkan “ketegangan” pada hubungan pribadinya dengan suaminya, John Lennon.
Pernyataan Yoko Ono ini, dibenarkan penyataan Paul McCatney pada Oktober 2012, tentang penyebab bubarnya band tersebut. Kepada David Frost, McCartney mengatakan Yoko Ono, bukanlah penyebab utama dari bubarnya The Beatles.
“Dia (Yoko Ono) tidak membuat grup bubar. Saat itu grup memang sedang pecah,” kata Paul McCartney, seperti yang dikutip The Guardian.
Paul McCartney Depresi

Pengakuan terbaru yang pernah dilakukan Paul McCartney –setelah 46 tahun bubarnya The Beatles–, pada 2016, ia pernah menyatakan terus terang, tentang depresi yang pernah dialaminya, lantaran sejak 1969, keberadaan The Beatles sebagai sebuah grup band, memang sudah tak bisa dipertahankan lagi.
Bahkan sampai ia pernah berfikir, untuk meninggalkan dunia musik sama sekali. “Saya sangat kehilangan ketika band tersebut bubar lantaran pertengkaran sengit di tahun 1970. Sulit untuk mengetahui apa yang harus dilakukan setelah bubarnya The Beatles. Bagaimana bisa meneruskannya,” ungkap Paul dalam wawancara dengan program Mastertapes di Radio BBC 4.
The Beatles resmi bubar pada 1970 dengan meluncurkan Let It Be sebagai album terakhir. Tetapi bibit perpecahan sudah muncul setahun sebelumnya. Ketika Allen Klein ditunjuk sebagai manajer, yang bertentangan dengan keinginan Paul McCartney.

Bersama Yoko Ono dan Jhon Lenon.
Meski saat itu, Klein berhasil membantu merestrukturisasi Apple Corps, perusahaan bisnis milik grup The Beatles. Apple yang sempat merugi, akhirnya bangkit di tangan Klein. Setelah mendapat saham besar dari keuntungan Klein. Dengan memberi hak untuk memproduksi rekaman The Beatles di Amerika Serikat, untuk perusahaan Klein sendiri.
Upaya Klein itu makin membuat McCartney marah besar. Karena Klein membayar Phil Spector untuk memasukkan paduan suara, orkestra, dan tabuhan drum dalam Let It Be.
Untuk melawan Klein, McCartney kemudian mengajukan gugatan hukum atas para anggota lain The Beatles. Yang akhirnya memutus pertemanannya dengan John Lennon.
“Bisnis yang telah memisahkan kami,” ungkap McCartney.
Namun, hubungannya dengan Lennon kembali membaik, beberapa bulan sebelum John Lennon tewas ditembak Mark Chapman di New York, AS, pada 1980.
“Saya sesekali menelepon John. Kami ngobrol tentang anak dan membuat roti,” kenangnya.
Konser terakhir

The Beatles menggelar penampilan publik mereka yang terakhir kali pada 1969, di atap markas Apple Corps milik mereka di London. Dalam penampilan tersebut, mereka tampil selama 42 menit dengan membawakan lima lagu: Get Back, Don’t Let Me Down, I’ve Got a Feeling, One After 909 dan Dig a Pony.
Penampilan mereka kala itu, memang tidak terlalu banyak menyita perhatian publik. Karena mereka tampil di atas Gedung Savile Row setinggi lima lantai, yang tak bisa disaksikan banyak orang.
Orang-orang yang berkerumun di sekitar gedung, tak bisa menyaksikan keempat musisi legendaris itu tampil. Mereka tidak yakin, apakah memang benar-benar The Beatles yang sedang tampil di atas gedung itu.
Namun bagi mereka yang menonton dari atas gedung dan dari sekitar atap rumah di daerah tersebut, sangat beruntung dapat menyaksikan penampilan publik terakhir “The Fab Four” sebelum bubar.

Rasa penasaran orang yang berkerumun di jalanan pun, mengakibatkan kemacetan panjang. Hingga membuat petugas kepolisian London, akhirnya membubarkan konser tersebut. Dimana Jhon Lenon langsung menyerukan, “Aku ingin mengucapkan terima kasih atas nama band ini, dan saya sendiri. Aku harap kami lolos audisi,” candanya.
Penampilan publik terakhir The Beatles di roof top itu pun, kemudian ditampilkan dalam film dokumenter berjudul Let It Be, yang rilis 1970 arahan sutradara Michael Lindsay-Hogg.
Memang, sejak 15 bulan Paul McCartney keluar dari band tersebut, sudah tak ada lagi keutuhan di grup legendaris The Beatles. Yang setelah bubarnya, justru banyak penggemarnya di seluruh penjuru dunia, membuat grup “duplikat” atas nama kelompok “The Beatles Mania”. Salah satunya adalah “Bulungan Bitel Band”, grup pecinta The Beatles gaya “anak Military 70_86” yang dimotori Ari Chober. Boleh joged…!
Tonton: https://www.youtube.com/watch?v=tGDzm-fydRM&pbjreload=101
***
Dirangkum Gusjaw Soelarto dari Wikipedia & berbagai sumber.