Betapa Beruntungnya “Generasi Jadul” Era 60an – 80an”

Generasi yang Menikmati “Lompatan Revolusi Teknologi” Digital

Oleh Gusjaw Soelarto 70_87 | Djoko Witjahjanto 70_88  

DIMATA anak “milenial” yang lahir di era tahun 1990an dan tumbuh di era 2000an ke atas, tentu mereka menyebut Oom, Tante, Oma, Opa, dan Orangtua mereka yang lahir, tumbuh, dan dewasa di era 1960an hingga 1980an, sebagai “generasi jadul”.

BERUNTUNG: Generasi yang lahir di era kelahiran The Beatles di Liverpool pada 1960, dengan personil John Lennon (gitar ritem, vokal), Paul McCartney (gitar bass, vokal), George Harrison (gitar utama, vokal) dan Ringo Starr (drum, vokal).

Namun sejatinya, generasi yang lahir di masa kemunculan grup band legendaris The Beatles, The Bee Gees, Rolling Stones, Queen, Deep Purple, Kiss, Rush, Scorpion, Genesis, The Police, hingga Metalica dan Linkin Park ini, adalah generasi yang amat beruntung.

Pasalnya di era inilah, lahir dan tumbuhnya, manusia-manusia “super” pasca “zaman klasik”, yang dikenal dengan “generasi awal abad 20”. Yang layak disebut sebagai “generasi pembaharu” atau “generasi inovator”.

Di era “zaman klasik”abad ke-18 (tahun1700an)s/dipermulaanabad ke-19 (awal 1800)–,banyak lahirnya “penciptaan-penciptaan original”. Dimana orang yang mampu mencipta karya apapun pada masa itu, disebut sebagai “penemu”.

Sementara manusia di era “zaman modern”, yang lahir pada awal tahun 1900an, adalah generasi yang ”mengembangkan” proses penciptaan pada “zaman klasik”. Sehingga mereka disebut sebagai “generasi inovator” (pembaharu).

Salah satu pencapaian paling revolusioner di “abad modern” dari hasil pengembangan dari penemuan di “abad klasik”, adalah sebuah teknologi bernama komputer. Dimana disain teknologi komputer pertama lahir pada 1944, dirancang oelh fisikawan teoretis John von Neumann, sebagai arsitektur komputer pertama.

Upaya Neuman ini, meneruskan penciptaan Charles Babbage, 79 tahun –lahir 26 Desember 1791 – meninggal 18 Oktober 1871)–, sebagai matematikawan asal Inggris yang pertama kali mengemukakan gagasan tentang komputer yang dapat diprogram.

GRACE HOPPER: Perempuan ini justru menjadi tulang punggung pengembangan sistem komputasi. Yang membuatnya mendapat julukan “Ibu Pemograman”.

Mesin Komputer Von Neumann dibangun pada kurun 1945-1951, dengan memanfaatkan besi solder. Sementara  Grace Hopper, seorang profesor matematika berpangkat Laksamana Angkatan Laut Amerika Serikat memprogram mesin tersebut.

Di masa genting Perang Dunia II, perempuan ini justru menjadi tulang punggung pengembangan sistem komputasi. Yang membuatnya mendapat julukan “Ibu Pemograman”.

Sepeninggal Grace Hopper pada 1992, komputer menjadi semacam “kebutuhan pokok” di hampir semua perkantoran dan rumah-rumah di seluruh dunia. Lantaran bentuk disainnya yang semakin simple dan ramping –yang tak lagi memenuhi seluruh ruangan–, seperti awal diciptakan. Meski harganya, lebih mahal dari pesawat televisi, bahkan ada yang setara dengan harga mobil atau rumah.

***

William Henry Gates: Pengusaha bisnis software developer, yang terkenal sebagai salah satu pendiri Microsoft Corporation.

GENERASI berikutnya, lahirlah para pelaku bisnis dunia komunikasi di tingkat global, yang mengembangkan penemuan internet. Yang awalnya adalah, sebuah sistem teknologi “jaringan komunikasi rahasia militer & intelejen Amerika Serikat” pada Perang Dunia II. Kini jaringan kominkasi Website, telah menjadi kebutuhan kehidupan sehari-hari bagi milyaran manusia di seluruh dunia.

Sebut saja beberapa “inovator” yang berhasil mengembangkan teknologi komputer dan internet di “abad modern” ini. Seperti  William Henry Gates III, pengusaha bisnis pengembangan perangkat lunak (software developer), yang terkenal sebagai salah satu pendiri Microsoft Corporation.

Pria kelahiran 28 Oktober 1955 di kota Seatle, Washinton, Amerika Serikat ini, tumbuh di era 1970-1980an. Majalah Forbes terbaru menyebutkan, aset bisnisnya pada 2020 sudah mencapai 120,1 bilion dollar, dengan “laba bersih” mencapai 81 milyar dollar AS.

Dengan kekayaan sebesar itu, membuat Bill Gates masih berada di posisi teratas daftar orang terkaya di Amerika Serikat (AS). Padahal ia sudah 21 kali berturut-turut dinobatkan sebagai orang terkaya di AS. 

Pria jenius ini telah menjadi salah satu “aset paling berharga” dalam peradaban manusia kontemporer, setelah ia bersama Paul Allen memulai revolusi komputer pada era 1980-an. Inovasinya di bidang komputasi, khususnya software, telah mengubah cara hidup masyarakat dunia hingga “zaman canggih” seperti sekarang ini.

Steve Paul Jobs: CEO Apple Machintos Incorpration yang telah merancang, mengembangkan, dan memasarkan salah satu jajaran personal komputer pertama.

Ada pula tokoh bisnis teknologi informatika (IT)  Steve Paul Jobs. CEO Apple Machintos Incorpration yang lahir di San Fransisco, California, Amerika Serikat, pada 24 Februari 1955  ini, telah merancang, mengembangkan, dan memasarkan salah satu jajaran personal komputer pertama yang sukses secara komersial, lewat komputer seri Apple II.

Kemudain pada awal 1980-an, Jobs termasuk orang-orang yang pertama kali melihat potensi komersial komputer grafis, yang difungsikan dengan perangkat mouse PARC xerox, yang kemudian mendorong pembuatan massal Apple Macintosh.

Ia menjadi CEO dengan mencatat sebagai pemegang saham terbesar 50,1% di Apple Machintos Incorpration. Sampai perusahaan tersebut diambil alih The Walt Disney Company tahun 2006. Setelah mengundurkan diri sebagai CEO pada 24 Agustus 2011, Jobs terpilih sebagai Ketua Dewan Direktur Apple.

Namun sayangnya, 10 hari kemudian –akibat kanker pankreas yang diidapnya sejak 2004–, pada 5 Oktober 2011, Steve Jobs meninggal dunia di California pada usia 56 tahun. Kematiannya dianggap sebagai sebuah “kehilangan besar bagi dunia”, baik bagi dunia bisnis, inovasi, dan desain produk.

Lantaran ia dikenal sebagai seorang perintis yang visioner dan genius, yang berhasil mengubah wajah dunia modern, dengan merevolusi enam industri berbeda dalam waktu bersamaan. Saat meninggal, tercatat laba bersih kekayaannya mencapai 8,3 milyar dollar.

Jack Ma: Orang pertama di Cina yang berani mendirikan perusahaan internet pertama di negaranya sendiri, yang dikuasai Partai Komunis China.

Ada lagi sosok Jack Ma, yang merupakan seorang pebisnis berkebangsaan Tiongkok. Dia merupakan pendiri sekaligus Chairman Eksekutif dari Alibaba Group, perusahaan e-commerce terbesar di tanah kelahirannya.

Pria berusia 56 tahun, kelahiran 10 September 1964, Hangzhou, Tiongkok ini, muncul pertama kali di majalah Forbes dan langsung terdaftar sebagai bilyuner dunia, dengan kekayaan bersih pada 2020, sebesar 57,3 milyar dollar AS. Ia adalah pendiri sekaligus pemilik Alibaba Group, Ant Financial, Alibaba.com, Alipay Internet Technology. Juga sebagai penggagas film dan program televisi Gong Shou Dao. The Art of Attack and Defence, serta Guardians of Martial Arts.

Sepulang dari Amerika pada 1995, Jack Ma adalah orang pertama di Cina yang berani mendirikan perusahaan internet pertama di negaranya sendiri. Bayangkan, kala itu dunia internet masih sangat susah diakses di bawah penguasa Partai Komunis China, tetapi ia berani menjadi pionirnya.

Kenekatan Jack Ma, karena ia yakin internet akan menjadi suatu bisnis yang sangat besar di kemudian hari. Sebagai entrepreneur, ia memang bisa dijadikan inspirasi sukses bagi semua orang, lantaran sikapnya yang persuasif.

Terbukti, ia berhasil mengumpulkan 17 rekannya dan sukses menggalang dana untuk Alibaba. Diantaranya, pada Oktober 1999, Jack Ma berhasil meyakinkan Goldman Sachs untuk mengucurkan dana untuk pengembangan bisnis Alibaba sebesar 5 juta dollar AS.

Kemudian Alibaba mendapat suntikan dana 20 juta dollar AS dari Softbank. Pada 2005, giliran Yahoo yang berinvestasi di Alibaba sebesar 1 miliar dollar AS.

Hal termewah tentang Jack Ma, ia diberitakan pernah membeli pesawat Gulfstream G550 senilai 49,7 juta dollar AS. Pesawat itu seringkali digunakan untuk urusan bisnis Alibaba.

***

REVOLUSI TEKNOLOGI: Mesin Keiik berevolusi menjadi personal computer, laptop, dan gaedget lainnya.

BERKAT penemuan dan inovasi para generasi pendahulu itulah, kita patut bersyukur sebagai “generasi modern” yang lahir pada kurun 1960-1980an.

Karena generasi yang mampu “bertahan” saat akan memasuki “pintu gerbang” 2021, dalam usia 40 hingga 60 tahun, dan telah mengalami “loncatan teknologi” yang begitu mengejutkan di “abad digital” ini, dengan kondisi prima.

Inilah “generasi terakhir” yang pernah menikmati riuhnya suara mesin ketik. Sekaligus saat ini jari kita masih lincah menikmati keyboard dari personal computer, notebook, dan laptopnya.

Inilah “generasi terakhir” yang masih merekam lagu dari radio dengan tape recorder rumahan. Sekaligus, generasi “Ali Topan Anak Jalanan” ini pun, telah menikmati mudahnya men-download lagu dari gadget.

Inilah “generasi terakhir” dengan masa kecil bertumbuh lebih sehat dari anak masa kini, lantaran masih bermain “lompat tali”, “loncat tinggi”, “petak umpet”, dan “galasin”, sebagai permainan yang merakyat. Sekaligus saat ini, mata dan jemarinya, tetap lincah memainkan berbagai game di gadget .

MAIN LOMPAT TALI & MAIN GADGET: Generasi yang masih merasakan nikatnya main lompat tali dan asyik main games di gadget.

Di masa remaja, inilah “generasi terakhir” yang pernah mempunyai “kelompok tongkrongan” atau “gank”, yang tanpa janji, tanpa telpon, atau tanpa kirim pesan lewat SMS/WA, tetapi selalu bisa kumpul bersama, menikmati malam minggu sampai pagi.

“Karena kita adalah generasi yang berjanji cukup dengan hati,” tutur Djoko Witjahjanto 70_88 yang akrab disapa Okoz.

Namun Okoz pun, termasuk generasi yang masih bisa bertemu di dunia maya untuk ber wkwkwkwk di grup Facebook atau WhatsApp.

Inilah “generasi terakhir” yang pernah menikmati lancarnya jalan raya Ibu Kota Jakarta, tanpa macet dimana-mana. Juga bersepeda motor sambil menikmati segarnya angin jalan raya, tanpa wajib pakai helm di kepala.

Inilah “generasi terakhir” yang pernah menikmati jalan kaki berkilo meter tanpa perlu berpikir ada penculik yang membayangi.

Namun generasi ini pun masih kesampaian, menikmati moda transporatsi Trans Jakarta dan MRT (Mass Rapid Transfer) yang merayap di atas rel layang sepanjang Stasiun Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia.

Inilah “generasi terakhir” yang pernah merasakan nikmatnya nonton televisi, dari masih hitam-putih hingga berwarna, dengan senang hati tanpa diganggu remote control untuk pindah-pindah chanel sana-sini.

KIRIM KABAR: Dahulu kirim kabar lewat tukang pos, kini cukup dengan jari via WA atau SMA

Inilah “generasi terakhir” yang pernah pernah begitu mengharapkan datangnya Pak Pos dengan sepeda atau motor “oranye”-nya, untuk menyampaikan sebuah surat dari sahabat atau kekasih hati. Juga dengan harap-harap cemas, menanti kiriman wesel dari orangtua untuk bayar kost-kostan semasa kuliah.

Ini “generasi terakhir” yang pernah setiap pagi “merindukan” kehadiran tukang sayur keliling atau tukang kredit panci di depan rumah. Namun juga masih merasakan nikmatnya belanja barang atau pesan makanan kesukaan secara online. Pun pesan ojeg dan taksi tanpa harus menyetop di pinggir jalan lagi.

“Kita mungkin bukan generasi terbaik. Tetapi kita adalah generasi yang ‘limited edition’,” ungap Okoz. Seranya menambahkan, ialah generasi yang patuh dan takut kepada orangtua –meskipun sembunyi-sembunyi untuk nakal dan membangkang.

“Tetapi kita adalah generasi yang mau mendengar dan komunikatif pada anak-cucu,” jelas lulusan Fakultas Hukum Perdata , Universitas Brawijaya, yang tinggal di Surabaya, namun harus bekerja di Samarinda, Kalimantan Timur.

***

# Dirangkum Gusjaw Soelarto dari berbagai sumber dan terinspirasi dari status Djoko Witjahjanto 70_88 di FBG Alumni SMA 70 Jakarta, 16 Desember 2020.

Bagikan :

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on pinterest
Pinterest
Share on linkedin
LinkedIn
mood_bad
  • Komentar tidak diijinkan
  • Post Terkait

    Post Terkait