#TributeToN.Simanungkalit | #BapakPaduanSuaraIndonesia | #PenciptaMarsSMA70
HARI ini. Tepatnya 17 Desember 91 tahun silam. Telah lahir putra “Batak” asal Tarutung, Tapanuli Utara. Yang telah mengharumkan nama bangsa. Sekaligus namanya, hingga akhir hayat pada 9 Maret 2012.

Upacara miiter mengiringi pemakaman veteran Tentara Pelajar ini, di Taman Makam Pahlawan Nasional, Kalibata, Jaksel, 9 Maret 2012.
Keharuman sosoknya, memang layak diberi sebuah penghormatan besar bagi sesama anak negeri, bahkan dunia internasional. Salah satu penghormatan itu, tercermin dari peristiwa wafatnya yang bertepatan dengan hari yang telah membesarkan namanya, yakni Hari Musik Nasional, 9 Maret delapan tahun lalu.
Penghormatan buat Veteran Tentara Pelajar dengan pangkat “kehormatan” Mayor (purn) TNI AD ini, juga dengan pemakamannya yang dihantarkan dengan upacara penghormatan militer di Taman Makam Pahlawan Nasional, Kalibata, Jakarta Selatan.
Sosok itu, ialah komposer Nortier Simanungkalit, sang pencipta Mars SMA 70 Bulungan, Jakarta. Ayahanda rekan kita alumnus 70_87, Meirina Simanungkalit (Ketua Paduan Suara 1986) dan alumnus 70_89, Eldira Simanungkalit.. Baca: https://alumnisma70.com/mars-70/

Usia tua tak menghalangi suami Rr. Sri Soegiarti Darmosoewojo untuk “berjuang” dengan karya-karya besarnya.
Pencipta lebih dari 300an komposisi musik Hymne dan Mars Perjuangan ini, familiar disapa “bapak” oleh ketiga putrinya, yang juga akrab dengan nama populer N. Simanungkalit. Suami dari Rr. Sri Soegiarti Darmosoewojo.
Sementara, “lagu kebangsaan” Mars SMA 70 yang diciptakannya pada 1988, adalah atas gagasan kepala sekolah, Drs. Joelioes Joesoef. Yang menahkodai SMA 70 pada 1985 – 1992, melanjutkan estafet kepemimpinan “sang pionir” almarhum Drs. Darmadi (1981-1985).
Terpilihnya komposer N. Simanungkalit sebagai pencipta Mars 70, tentu tak terlepas dari peran kedua putrinya itu. Mereka aktif di ekskul Paduan Suara 70 yang kala itu dibina Bu Guru Emmy Ambarita.

Kapten M. Simanungkalit memimpin 37 pemuda eks tentara Pelajar asal Sumatera Utara menuju “Kota Pelajar” Yogyakarta
N. Simanungkalit, yang mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran & Paedagogik Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, memulai karir bermusiknya sejak remaja, tanpa latar belakang pendidikan musik alias otodidak. Hingga ia dikenal bukan hanya di tingkat nasional, namun juga di dunia internasional.
Lihat saja pada kiprahnya pada 1972. Ia terpilih menjadi Juri Festival Paduan Suara Mahasiswa Internasional di Amerika Serikat. Namanya juga pernah tercatat dalam keanggotaan International Music Council UNESCO pada 1968-1981.
***

Nama besar tak mEmbuatnya jumawa. Teman main caturnya, kalau bukan sopir pribadinya, ya Satpam tetangga rumah.
N. SIMANUNGKALIT, sosok yang pernah populer di era Orde Baru lewat serial musik pengiring olahraga Senam Kesegaran Jasmani ini, memang memang figur maestro komposer yang low profile. Saking “merendahnya”, sampai-sampai putri sulungnya sendiri, Meirina –yang kini tinggal di Washington D.C, Amerika Serikat–, tak pernah tahu bahwa ayahnya-lah sang pencipta komposisi lagu mars almamaternya sendiri.
“Saya sendiri baru tahu kalau Mars 70 itu karya bapak,” ungkap Meirina eksklusif kepada alumnisma70.com melalui Whatsapp pribadinya.
Menurut voulenteer anak & manula di lingkungan Diaspora Indonesia, Washington, D.C. Metropolitan Area ini, “bapak memang tidak pernah mau melibatkan keluarga dalam setiap mencipta karya-karya besar”.

Pengakuan Meirina ini memang cukup beralasan. Lantaran Mars 70 ditulis ayahandanya, saat ia telah lulus dari SMA 70 pada 1987. Di masa adiknya, Eldira, lagu tersebut memang baru diciptakan dan mulai diajarkan kepada anggota Paduan Suara 70.
Tentang sosok “bapak” yang rendah hati itu, Meirina mengakui mendiang ayahandanya adalah pribadi yang sangat sederhana, tidak jumawa dengan nama besarnya, dan sangat menjunjung tinggi kedisiplinan waktu dan pekerjaan.
“Bapak juga tidak pernah membedakan status sosial seseorang. Selalu bergaul dengan siapa saja. Bahkan teman main caturnya di rumah kalau bukan supir, ya Satpam tetangga,” tutur Meirina, yang juga aktif di dunia musik dengan menjabat President of Indonesian Kids Performing Arts (IKPA).

Meski sebagai “orang Batak” tak punya anak lelaki, Bapak sangat sayang dan bangga pada ketiga putrinya. Dan ketiga putrinya pun, bangga pada sosok bapaknya yang pekerja keras dan memiliki nama besar ini.
Sebagai “orang Batak” yang tak dikaruniai anak lelaki, lanjutnya, tak membuat bapaknya lantas jadi kurang sayang kepada ketiga putrinya. Yang kini, semua putrinya itu, tinggal berdiaspora di luar negeri: Meirina di Amerika, Eldira di Jerman, dan Ilmita di Singapura.
“Bapak sangat bangga dengan semua anak-anak dan karya-karyanya. Namun, ia tidak pernah mengizinkan kami, anak-anaknya, untuk mengikuti jejaknya sebagai musisi. Takut jadi orang susah, seperti dirinya,” ungkap Meirina, yang juga merasa bangga dengan sosok populer sang ayah sebagai “Bapak Paduan Suara Indonesia”.
“Setiap anak pasti bangga atas bapaknya. Kami anak-anaknya sangat bangga mempunyai seorang bapak yang cukup dikenal di dunia paduan suara di Tanah Air, tetapi tidak sombong,” aku Meirina.

Sebagai putri sulung, Presenter & Technical Director VideoRadio Salt’NPepper ini, masih menyimpan kenangan tentang sikap kegigihan dan kedisplinan sang “bapak”. “Bapak masih sempat menciptakan lagu mars untuk Perusahaan Jasa Kereta Api —kini PT Kereta Api, red), sampai seminggu sebelum wafatnya. Ia tetap berjuang walau dalam keadaan apa pun, pantang menyerah,” kenang Meirina.
Di tahun-tahun terakhir masa hidupnya, ungkap Meirina, N. Simanungkalit banyak menulis lagu-lagu rohani untuk gereja. “Tuhan sudah memberikan bapak banyak hal; kemampuan, kepopuleran, dan keluarga. Hanya lagu puji-pujian rohani yang bisa bapak persembahkan kembali ke Tuhan,” begitu ungkapan ayahanda yang masih diingatnya.

Jika pada momentum Peringatan Hari Ibu, 22 Desember 2020 –lima hari setelah hari kelahiran beliau–, kita mendengar hymne “Hari Ibu”, itu juga merupakan salah satu karya terbaik mendiang N. Simanungkalit.
Terima kasih “Bapak”… Keharuman nama besarmu, juga telah ikut mengharumkan nama sekolah kami. Dari tangan kasihmu pun telah tercipta “Lagu Kebangsaan” almamater kami…
Mars SMA 70 akan menjadi musik pemersatu bagi kami, sesama almamater 70. Pun sebagai perekat batin kami, para alumnus 70, yang tak kan pernah putus “bernyanyi” bersama “ruhmu” yang “terus bersenandung di alam keabadian”… God Bless You…!
***
Oleh Gusjaw Soelarto 70_87
Jurnalis Harian Umum Media Indonesia (1989-1997); Redaktur Artistik Tabloid C&R dan Tabloid Buletin Sinetron (1999-2001); Produser program “MK Files” tayang di TV One 53 Eps. (produksi Makamah Konstitusi TV | 2011-2012).
Foto: ISTIMEWA | Courtesy Google & Youtube