Sejarah Lengkap
Pada 1 Agustus 1952 atas kepeloporan Bpk. Martodipuro yang didukung sejumlah tokoh masyarakat di kawasan Kebayoran Baru, mendirikan sebuah Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA) pertama di Kawasan Kebayoran Baru, di Jl. Mahakam, Jakarta Selatan.
Sekolah ini kemudian mendapat status “NEGERI” dengan nama SMA Negeri 2 ABC. Kepala Sekolah pertama dijabat Bpk. Sunarto Elifes (1955/1956). Saat dipimpin Bpk. Zainuddin (1956-1958), SMA ini berganti nama menajdi SMA Negeri 6 ABC.
Di akhir pengabdian Bpk. Hasim Harahap sebagai Kepala Sekolah (1958-1960), dibukalah sekolah “filial” (“kelas jauh”) dengan nama SMA Negeri 9 Jakarta.
Secara lokasi, gedung sekolah SMA 6 Jakarta pertama berada di “sudut antara Jl. Bulungan & Jl Mahakam” –yang sekarang menjadi Gelanggang Remaja Bulungan, Jaksel. Jam pelajaran pagi hari dimanfaatkan SMA 6 Jakarta, sedangkan sore hari dimanfaatkan SMA 9 Jakarta.
Saat bangunan di “pojok Jl. Bulungan” itu dipindah (bergeser) ke “pojok Jl. Mahakam” –seperti lokasi SMA 6 Jakarta saat ini–, murid-murid SMA 9 Jakarta pindah belajar ke sebagian gedung SMA 70 Jakarta saat ini, yang bersebelahan dengan gedung Kejaksaan Agung RI.
Namun sebelum bergabung di lokasi tersebut, pelajar SMA 9 Jakarta sempat “numpang” di gedung SD PSKD –seberang SMA 70 Jakarta–, memanfaatkan jam pelajaran sore harinya.
Di akhir kepemimpinan Kepala Sekolah SMA 9 Jakarta, Bpk. J. Basiran (1960-1962), dibuka lagi sekolah “filial” dengan nama SMA Negeri 11 Jakarta. Bangunan SMA 11 Jakarta berada di sisi berdekatan dengan GOR Bulungan atau di belakang SMA 6 Jakarta.
Proses belajar-mengajar di “satu kompleks” di Jl. Bulungan Blok C No.1, Jaksel ini pun berjalan hingga 19 tahun. Hingga akhirnya pada 3 Oktober 1981, terpaksa dilakukan “penyatuan” dua lokasi sekolah yang “bertetanggaan” tersebut. Dengannama baru: SMA Negeri 70 Jakarta.
Alasan utama penggabungannya, mengingat kedua sekolah yang lokasinya berhimpitan ini, sering terlibat “perkelahian pelajar”. Dengan “intensitas” dan “kualitas” tawurannya tidak bisa diredam lagi oleh pihak aparat keamanan masa itu.
Akhirnya turunlah Surat Keputusan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kanwil DKI Jakarta No. 1779/I01.10/1981 untuk melebur kedua sekolah tersebut. Untuk mengambil “momen sejarah” dari peristiwa penggabungannya, dipilihlah Hari Jadi ABRI (kini TNI) pada 5 Oktober 1981, sebagai momen Hari Ulang Tahun SMA Negeri 70 Bulungan, Jakarta.
Dengan lulusan pertamanya berijazah SMA 70, pada angkatan kelulusan tahun 1982. Sedangkan angkatan pertama yang telah menggunakan raport & ijazah SMA 70 Jakarta adalah angkatan 1985.
Pada saat awal penggabungan yang dipimpin Kepala Sekolah Bpk. Darmadi, SMA Negeri 70 Jakarta Jakarta memiliki 91 Kelas dengan jumlah siswa 4.806 orang, 183 Guru, 11 Wakil Kepala Sekolah, dan 75 Pegawai Sekolah.
Ini yang membuat sekolah kita tercinta, sempat dikenal sebagai “Brigade 70”. Karena jumlah siswanya yang sangat banyak, layaknya kesatuan pasukan militer. SMA 70 Jakarta juga dijuluki “The Big Family of The Senior High School”, lantaran luas lahan sekolahnya yang sangat besar.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, pada 7 Oktober 1985 kepemimpinan SMA 70 Jakarta beralih ke tangan Bpk. Drs. Joelioes Joesoef hingga 6 November 1992.
Di bawah kendali mantan Kepala Sekolah SMA 1 Jakarta ini, SMA 70 Jakarta mendapat prioritas dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun gedung baru yang rencananya sudah digagas sejak 1987. Maka berdirilah bagunan sekolah tiga lantai seperti yang tampak seperti saat ini.
Dengan keberadaan gedung baru tersebut, pada 2010-2011 di bawah kendali Bpk. Drs. Pernon Akbar, M.Psi, T, jumlah kelas disesuaikan menjadi 36 kelas. Jumlah siswapun di tahun ini “tinggal” 1.141 orang atau rata-rata perangkatan hanya 380 siswa per angkatan.
***
*Sumber: id.wikipedia.org | sman70-jkt.sch.id | simak-dki.com | sman63jkt.sch.id