“Surga Dunia” Yang Telah Dihuni 30 Tahun Itu Musnah Terbakar

Pengalaman batin yang mengharukan dan emosional seperti inilah, yang belum lama ini berkecamuk dalam jiwa Tereshkova Koraag, 56 tahun. Alumnus SMA 70 Bulungan yang lulus pada 1983, yang akrab disapa Terry oleh rekan-rekan seangkatannya.
Tentu ada hikmah besar di balik musibah kebakaran yang terjadi pada Minggu dini hari, 22 November 2020, pukul 00:30 WIB. Yang telah memusnahkan semua seisi rumah berukuran 160 M2 di Kompleks Larangan Indah, Jl. Cemara, Ciledug, Jakarta Selatan.
“Tuhan ingin kami lahir kembali menjadi manusia baru. Untuk tinggalkan yang lalu, lakukan yang lebih baik sekarang dan kedepannya,” demikian diungkapkan Terry, eksklusif kepada alumnisma70.com.
Saat peristiwa “mengamuknya si jago merah” menghanguskan rumahnya, Terry sedang tidak berada di Jakarta. Istri mendiang jurnalis Gramedia Grup, Veven Sp. Wardhana ini tengah mengunjungi dua anak perempuannya yang berada di Bali. Sementara seorang anak perempuan tertuanya, yang masih di Jakarta, kebetulan sedang tidak ada di rumah malam itu.
“Saya baru tahu rumah saya sedang terbakar, dari Pak RT yang menelpon saya,” ujar Terry. “Ya tentu saja saya tidak bisa berbuat apa-apa. Kecuali bersama anak-anak hanya bisa pasrah dan mencoba ikhlas mendengarnya.”
Menurut keterangan pihak kepolisian dan petugas pemadam kebaran yang telah melakukan olah TKP, jelas Terry, penyebab kebakaran kemungkinan besar berasal dari hubungan pendek arus listrik. Bermula dari charger handphone yang masih terpasang di sumber listrik.
Selepas peristiwa kebakaran itu, Terry dan ketiga anak perempuannya yang masih lajang, kehilangan hampir semua harta bendanya. Yang telah berhasil mereka kumpulkan selama 30 tahun hidup bersama di rumah dua lantai itu.
“Yang tersisa hanya beberapa pakaian yang sempat kami bawa waktu pergi ke Bali. Selebihnya hangus terbakar,” jelas Terry.
“KEHILANGAN KEDUA”
Tentu bagi keluarga Terry ini sebuah pukulan berat. Setidaknya, inilah peristiwa “kehilangan” terberat kedua, setelah mereka ditinggal wafat suami dan ayah mereka Veven Sp Wardhana. Seorang wartawan senior dan penulis buku, yang pernah membidani beberapa tabloid dan majalah terbitan Gramedia Grup.
“Suami saya sudah meninggal tujuh tahun lalu. Dan anak-anak bangga sekali dengan sosok ayahnya sebagai penulis,” ungkap Terry, yang sepeninggal almarhum membuka usaha pesanan cathering di rumah yang kini sudah tinggal puing itu. Dan saat ini, ia belum bisa lagi meneruskan usaha kuliner tersebut.
“Peralatan cathering saya juga ikut terbakar semua. Oven, mixer, dan perangkat masak lainnya,” ujarnya.
Jangankan perabot rumah tangga, lanjut Terry, sekarang saja ia terpaksa menumpang di rumah salah seorang teman di River Park, Sektor 7 Bintaro, Tangerang Selatan. “Untung ada teman yang mau meminjamkan rumahnya yang masih kosong, untuk kami tinggali hingga akhir Februari 2021 mendatang,” tuturnya.
Terry beserta dua anak perempuan berusia 32 & 30 tahun yang belum menikah, dan si bungsu (24 tahun) yang baru saja diwisuda di UI sebagai Sarjana Sastra Belanda, berencana akan membangun ulang rumah mereka yang terbakar tersebut.
“Justru mereka yang minta jangan dijual. Itu peninggalan ayah. Mari kita bangun lagi. Rumah itu nyaman banget deh buat kita. Sudah 30 tahun kami tinggal di situ,” ungakap Terry.
Ketika ditanya apakah ketiga putrinya tidak trauma dengan musibah mengenaskan tersebut, Terry menjelaskan, secara psikologis kondisi anak-anaknya baik-baik saja. “Mungkin karena mereka nggak lihat peristiwa kebakarannya, jadi kami mudah melupakan musibah itu,” tambah Terry.
“Kami mau merenovasi rumah kami yang terbakar. Tetapi belum sekarang. Mau nabung dulu,” tutur Terry.
Saat ini, di rumah “tumpangan” yang masih kosong tanpa perabotan itu, Terry hanya bisa tidur dengan sebuah kasur yang digelar di lantai. Di kasur tanpa dipan itulah, ia bersama ketiga anaknya tidur bersama-sama.
“Kemarin ada teman yang sudah kasih Kasur saja. Sementara saya nggak bisa tidur di bawah. Karena kaki saya kena reumatik. Nggak bisa jongkok,” keluh Terry. Ia berharap ada orang yang mau memberinya dipan untuk tempat kasurnya itu.
Alhamdulillah, ungkap Terry, ia telah mendapat kepedulian dan bantuan dari rekan-rekan sesama Brigade 70_83, berupa bantuan dana sebesar Rp. 10.500.000,-. “Terima kasih atas kebaikan hati teman-teman sesama alumni 70. Khususnya angkatan 1983,” ucapnya.
Jika masih ada teman-teman yang terketuk hatinya terhadap musibah yang dialami Terry ini, masih bisa memberikan donasinya melalui: Rek. BCA 3452409264 a/n Tereshkova Koraag.***
Oleh Gusjaw Soelarto | Ghirah 70_87
Foto Dok. Pribadi | Istimewa